Kamis, 29 September 2016

STRUKTUR INTERNAL BUMI

bagian bagian bumi
Bumi terdiri dari empat lapisan konsentris: kerak bumi (crust), mantel (mantle), inti luar (outer core), dan inti bagian dalam (inner core). Kerak bumi terdiri dari lempeng tektonik yang berada dalam gerakan konstan. Gempa bumi dan gunung berapi yang paling mungkin terjadi pada batas lempeng kerak bumi.
Strukur internal Bumi ditentukan dari deep drilling dan seismic evidence. Struktur internal Bumi terdiri dari empat lapisan yang berbeda:

Kerak Bumi (Crust)

Kerak Bumi adalah lapisan paling luar dan paling tipis. Mempunyai ketebalan antara 0-70 km. Kerak bumi adalah lapisan batuan padat di mana kita hidup.
Ada dua jenis kerak bumi: kerak benua dan kerak samudera. Ketebalan kerak samudera adalah 5-10 km dengan penyusun utamanya basalt. Sedangkan, rata-rata ketebalan kerak benua sekitar 20-40 km, dan bisa mencapai 70 km ketebalannya jika terletak pada baris pegunungan. Penyusun utama kerak benua adalah granite.

Mantle

Mantel adalah bagian terluas dari Bumi dan berada di bawah langsung dari kerak bumi, yang memiliki ketebalan sekitar 2.900 km dan menyusun 80% volume Bumi. Mantel ini terdiri dari batuan semi-cair yang disebut magma. Di bagian atas mantel adalah batuan keras, tapi bagian bawahnya batuan lembut dan mencair. Meskipun senyawa kimia seluruh mantel sama, namun suhu dan tekanan meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Perubahan suhu dan tekanan ini menyebabkan kekuatan batuan mantel berubah-ubah terhadap kedalaman sehingga membuat layering di dalam mantel. Mantel terdiri dari upper mantle dan lower mantle. Upper mantle terdiri dari:

- Litosfer
Lapisan litosfer meliputi kerak bumi hingga astenosfer dengan ketebalan mencapai 100 km. Lapisan ini relatif dingin sehingga memiliki batuan yang bersifat keras. Litosfer juga merupakan zona gempabumi, pembentukan pegunungan, gunung api dan continental drift.


- Astenosfer
Kedalaman astenosfer berkisar 75 hingga 125 km. Astenosfer bersifat plastik dan lemah dengan densitas rendah. Karena bersifat plastik, astenosfer mengalir perlahan beberapa cm per tahun. Astenosfer terbentang dari dasar litosfer ke kedalaman sekitar 350 km. 1 hingga 2% astenosfer bersifat cair. Di bawah kerak samudera yang tipis, astenosfer biasanya lebih mendekati permukaan dasar laut yang menyebabkan terjadinya rifting atau spreading center dikarenakan aliran panas konveksi dari astenosfer (mantel).

Sedangkan lower mantle terbentang dari 660 hingga 2900 km di bawah permukaan bumi. Layer ini bersifat panas dan plastik. Akibat tekanan yang semakin besar menyebabkan formasi mineralnya berbeda dengan formasi mineral upper mantle.


Inti Bumi (Core)

Inti bumi merupakan bagian bumi yang paling dalam dan terpanas. Core berbentuk bulat dengan radius 3470 km dan tersusun dari besi dan nikel. Inti bumi dibagi menjadi dua bagian, yaitu Inner Core (inti dalam) dan Outer Core (inti luar). Inner core bersifat padat dan memiliki densitas sekitar 13 gr/cm3 dengan radius 1220 km. Sedangkan outer core bersifat cair dan memiliki densitas 11 gr/cm3. Outer core mengelilingi inner core dengan ketebalan rata-rata 2250 km. Mendekati dengan pusat bumi, tekanannya 1 juta kali lebih besar dari atmosfer Bumi di permukaan laut dan suhunya mencapai 6000°C, yang setingkat dengan suhu pada permukaan matahari.


Distribusi

Kerak bumi yang terpecah menjadi beberapa bagian yang disebut lempeng. Panas naik dan turun di dalam mantel menciptakan arus konveksi yang dihasilkan oleh peluruhan radioaktif dalam inti. Arus konveksi memindahkan lempeng. Dimana arus konveksi menyimpang di dekat kerak bumi, lempeng bergerak terpisah. Dimana arus konveksi bertemu, lempeng bergerak terhadap satu sama lain. Pergerakan lempeng dan aktivitas di dalam bumi disebut lempeng tektonik, yang menyebabkan gempa bumi dan gunung berapi. Titik di mana dua lempeng bertemu disebut batas lempeng, gempa bumi dan gunung berapi yang paling mungkin terjadi adalah pada dekat batas lempeng ini.

Peta di bawah menunjukkan lempeng tektonik dunia dan distribusi gempa bumi dan gunung berapi.


Pada batas tensional atau konstruktif, lempeng bergerak menjauh. Lempeng bergerak terpisah karena arus konveksi di dalam bumi.





Lempeng bergerak terpisah (sangat lambat), magma naik dari mantel. Magma meletus ke permukaan Bumi. Hal ini juga disertai dengan gempa bumi. Ketika magma mencapai permukaan, mendingin dan membeku untuk membentuk kerak baru batuan beku. Proses ini diulang berkali-kali, selama jangka waktu yang panjang.
Akhirnya batu baru dibangun hingga membentuk gunung berapi. Batas konstruktif cenderung ditemukan di bawah laut, misalnya Mid Atlantic Ridge. Di sini, rantai gunung berapi bawah laut telah terbentuk di sepanjang batas lempeng. Salah satu gunung berapi ini dapat menjadi begitu besar sehingga meletus keluar dari laut untuk membentuk sebuah pulau vulkanik.
Diagram di bawah ini untuk melihat bagaimana magma mendorong naik antara dua lempeng, menyebabkan rantai gunung berapi di sepanjang batas lempeng.
 
sumber by : http://efendybloger.blogspot.co.id/2013/07/struktur-internal-lapisan-bumi.html

Sabtu, 24 September 2016

TEKTONIK LEMPENG

BATAS LEMPENG DUNIA
Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50–100 mm/a

Teori Tektonik Lempeng berawal dari pengamatan Alfred Wegner pada tahun 1915 yang menjelaskan bahwa adanya kesimetrisan bentuk antara pantai timur Amerika Selatan dengan pantai barat Afrika yang kalau didekatkan melekat menjadi satu kesatuan benua besar. Dari pengamatan tersebut lahirlah Continental Drift Theory yang menyatakan bahwa sekitar 250 juta tahun yang lalu benua-benua ini pernah menjadi dua benua besar yang disebut Pangea dan Gondwana. Kemudian kedua benua tersebut seiring dengan waktu pecah menjadi benua-benua kecil dan bergerak ke posisi seperti yang ada sekarang dan akan terus bergerak secara dinamis. Teori tektonik mengasumsikan bahwa interior bumi kita tersusun dari media yang berlapis-lapis. Teori ini juga mengasumsikan bahwa kerak bumi yang bersifat padat dan rigid seolah-olah mengapung diatas lapisan mantel bumi yang terdiri dari fluida kental. Dengan demikian kerak bumi akan berada pada keadaan tidak stabil.
Menurut teori tektonik lempeng, kerak bumi terpecah-pecah menjadi beberapa bagian yang kemudian disebut Lempeng. Terdapat tujuh lempeng besar, yaitu : Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, Lempeng Amerika Utara, Lempeng Amerika Selatan, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Afrika, dan Lempeng Antartika. Lempeng-lempeng tersebut bergerak dengan arah dan kecepatan yang berbeda antara lempeng satu dengan lempeng yang lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut disebabkan oleh adanya arus konveksi di dalam mantel bumi.


BATAS LEMPENG
Akibat pergerakan dinamis antar lempeng tektonik menyebabkan munculnya batas-batas antar lempeng. Batas-batas antar lempeng tektonik tersebut didefinisikan dalam tiga macam, yaitu :
1. Gerak Divergen, yaitu pergerakan dua buah lempeng tektonik atau lebih yang bergerak saling menjauh satu sama lainnya yang mengakibatkan material mantel naik ke atas atau terjadi pergerakan mantel membentuk lantai samudra. Pergerakan mantel ini terjadi karena adanya pendinginan dari atas dan pemanasan dari bawah sehingga mantel akan bergerak ke atas.
2. Gerak Konvergen, yaitu pergerakan lempeng tektonik yang bergerak saling mendekat. Pergerakan ini dapat menyebabkan salah satu lempeng menyusup di bawah lempeng yang lainnya, membentuk zona subduksi, atau menyebabkan lempeng-lempeng saling bertumbukan ke atas, membentuk zona tumbukan. Pada zona subduksi, pada kedalaman sekitar 150 – 200 kilometer, karena gesekan dan tekanan yang tinggi akan terjadi diferensiasi magma yang dapat naik ke permukaan bumi menjadi gunung api.

Zona konvergen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Zona Tumbukan
Pada zona ini kedua lempeng bergerak saling mendekati sehingga pada batas-batas kedua lempeng cenderung melipat ke atas dan membentuk pegunungan lipatan.
b. Zona Subduksi
Pada zona ini subduksi ke dua lempeng yang bertumbukan (lempeng benua dan lempeng samudera). Lempeng yang lebih berat (lempeng samudera) akan menunjam di bawah lempeng yang lebih ringan (lempeng benua). Hasil aktifitas tektonik semacam ini berupa rangkaian gunung api.
3. Gerak Transform, yaitu pergerakan lempeng yang bergerak lateral satu sama lainnya atau bergerak saling bergesekan tanpa membentuk atau merusak lithosfer.


Dalam teorinya, Alfred Wegner tidak menjelaskan sebab pergerakan lempeng tersebut. Teori yang menerangkan sebab lempeng tektonik bergerak adalah teori yang diungkapkan oleh A.Holmes. Menurutnya, pergerakan tersebut disebabkan karena adanya arus konveksi di dalam bumi.
2.3 SESAR
Sesar adalah suatu rekahan pada batuan dimana bagian yang dipisahkan oleh rekahan itu bergerak satu terhadap lainnya. Jika kita melihat suatu sesar maka dua bagian yang harus dipahami yaitu Footwall serta Hangingwall. Adapun yang dimaksud dengan Footwall adalah bagian yang terletak di bawah bidang sesar, sedangkan bagian yang di atas sesar disebut Hangingwall.
Mekanisme gempa bumi umumnya diakibatkan oleh deformasi batuan yang terjadi di sepanjang sesar.

1. Perubahan (deformasi) blok sebelum terjadi gempa.
2. Deformasi blok setelah gempabumi terjadi. Akibat gempabumi bidang sesar yang berhadapan relatif bergeser sepanjang garis XY.
3. Mempunyai tingkat stress-strain (tekanan-regangan) yang sama dengan keadaan (1) dan merupakan keadaan yang sangat kritis untuk terjadi gempa.Sedangkan keadaan stress-strain setelah gempa terjadi sama dengan keadaan (2), selanjutnya blok atas akan terus menerus terpisah dari blok bawah sepanjang batas sesar yang melalui pengulangan gempa.

Berdasarkan gaya penyebabnya, sesar dapat dibagi menjadi :
1. Thrust fault yaitu sesar dimana hanging wall pada sesar bergerak relatif naik terhadap footwall.
2. Normal fault yaitu sesar dimana hanging wall pada sesar relative turun terhadap foot wall.
3. Stike slip fault yaitu sesar dengan arah gerakan relatif mendatar satu sama lainya. Sesar ini terbagi menjadi 2, yaitu:
• Right lateral yaitu gerak sesar mendatar yang searah dengan jarum jam.
• Left lateral yaitu gerak sesar mendatar yang berlawanan dengan arah jarum jam.
4. Oblique fault yaitu gerakan kombinasi antara sesar mendatar dengan sesar naik atau turun.


Gerakan bidang sesar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Dip Slip, yaitu pergerakan sesar terjadi dalam arah sejajar dengan sudut kemiringan sesar.
2. Strike Slip, yaitu pergerakan sesar terjadi dalam arah sejajar dengan sudut strike.
3. Kombinasi dip slip dan stike slip (diagonal), yaitu merupakan sesar bergerak secara diagonal.

2.4 MEKANISME TERJADINYA GEMPA
Menurut teori tektonik lempeng, bagian luar bumi merupakan kulit yang tersusun oleh lempeng-lempeng tektonik yang saling bergerak. Di bagian atas disebut lapisan litosfir merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari material yang kaku. Lapisan ini mempunyai ketebalan sampai 80 km di daratan dan sekitar 15 km di bawah samudra. Lapisan di bawahnya disebut astenosfir yang berbentuk padat dan materinya dapat bergerak karena perbedaan tekanan.
Litosfir adalah suatu lapisan kulit bumi yang kaku, lapisan ini mengapung di atas astenosfir. Litosfir bukan merupakan satu kesatuan tetapi terpisah-pisah dalam beberapa lempeng yang masing-masing bergerak dengan arah dan kecepatan yang berbeda-beda. Pergerakan tersebut disebabkan oleh adanya arus konveksi yang terjadi di dalam bumi.
Bila dua buah lempeng bertumbukan maka pada daerah batas antara dua lempeng akan terjadi tegangan. Salah satu lempeng akan menyusup ke bawah lempeng yang lain, masuk ke bawah lapisan astenosfir. Pada umumnya lempeng samudra akan menyusup ke bawah lempeng benua, hal ini disebabkan lempeng samudra mempunyai densitas yang lebih besar dibandingkan dengan lempeng benua.
Apabila tegangan tersebut telah sedemikian besar sehingga melampaui kekuatan kulit bumi, maka akan terjadi patahan pada kulit bumi tersebut di daerah terlemah. Kulit bumi yang patah tersebut akan melepaskan energi atau tegangan sebagian atau seluruhnya untuk kembali ke keadaan semula. Peristiwa pelepasan energi ini disebut gempabumi.


1. Pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng samudera.

Model Zona Batas Konvergen (Samudera - Samudera). Sumber: Handout Tektonik Lempeng, Salahuddin Husein (2012)
Model Zona Batas Konvergen (Samudera – Samudera)


Pada daerah konvergensi lempeng samudera-lempeng samudera, salah satu lempeng yang beratnya lebih tinggi dari lempeng lainnya akan tersubduksi ke arah mantel. Sehingga, pada daerah pertemuan tersebut akan terbentuk daerah kepulauan yang terdiri dari gunung-gunung laut. Pertemuan lempeng yang seperti ini biasanya terjadi di daerah laut dalam dengan kedalaman lebih dari 11000 meter, contohnya adalah rangkaian kepulauan yang dipenuhi gunung api sepanjang Mariana Trench di bagian barat Samudera Pasifik.
2. Pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng benua.
Karena densitas lempeng samudera lebih tinggi, lempeng samudera akan tersubduksi ke arah mantel dan menyebabkan terbentuknya gunung-gunung api aktif di daratan benua. Adapun terjadinya gunung-gunung aktif tersebut, adalah karena adanya pergesekan antara lempeng samudera dengan batuan-batuan di sekitarnya, dimana batuan akan leleh dan berubah fase menjadi cair (magma). Hal itu terjadi karena pergerakan lempeng samudera. Akibatnya, magma akan merambat ke permukaan melalui rekahan-rekahan, sehingga terbentuklah gunung api. Daerah konvergen ini dicirikan dengan adanya aktivitas seismik yang cukup tinggi, bahkan kebanyakan gelombang tsunami tak jarang terjadi akibat hal tersebut. Contoh tipe konvergensi lempeng benua—lempeng samudera terdapat di daerah zona penyusupan di sepanjang Pantai barat Sumatera dan di sepanjang Pantai Selatan Jawa.
3. Pertemuan antara lempeng benua dengan lempeng benua.
Model Zona Batas Konvergen (Benua - Benua). Sumber: Handout Tektonik Lempeng, Salahuddin Husein (2012)
  Batas Konvergen (Benua – Benua)
Peristiwa konvergensi ini mengakibatkan terjadinya lipatan yang semakin lama areanya semakin luas dan semakin tinggi, sebagai contoh adalah pembentukan pegunungan Himalaya dan daerah dataran tinggi Tibet.

Ciri-ciri morfologi zona konvergen:
  • Jika salah satu lempeng menunjam ke dalam mantel, dapat kita lihat bahwa di permukaan bumi tersebut, terdapat kenampakan batas penunjaman antara kedua lempeng, dimana satu lapisan lempeng terlihat masuk ke dalam lapisan lempeng lain. Batas antara kedua lempeng ini disebut
  • Terdapat bentang alam berupa busur pegunungan. Pegunungan tersebut akan memanjang sesuai dengan jalur trench. Tipikal gunung biasanya berwujud tinggi. Dapat dimungkinkan juga terjadi gunungapi, apabila pergerakan lempeng saat menunjam dapat menyebabkan batuan sekitar menjadi leleh dan berwujud magma, lalu magma mencapai permukaan bumi.
  • Jika terbentuk di laut, bisa memicu terjadinya busur kepulauan gunungapi.
  • Jika terbentuk di zona konvergensi samudera-benua, akan memicu busur gunungapi tepi kerak benua.
  • Jika terbentuk di pertemuan lempeng benua, akan membentuk wilayah pegunungan (mountain range) yang cukup tinggi.
  1. Zona Batas Transform
    Model Zona Batas Transform. Sumber: Handout Tektonik Lempeng, Salahuddin Husein (2012)
    Model Zona Batas Transform.

Tipe pertemuan antara dua lempeng tektonik yang bergerak secara horisontal dan berlawanan arahnya. Tidak seperti pola struktur yang terbentuk dalam zona konvergen, pada tipe zona transform tidak ada pembentukan lapisan astenosfer baru atau terjadinya penunjaman yang dilakukan oleh salah satu lempeng terhadap lainnya. Tipe pergerakan transform bisa terjadi, baik di antara lempeng samudera, maupun di antara lempeng benua. Sebagai contoh adalah pergerakan transform yang terjadi pada dua buah lempeng benua di California,mengakibatkan terjadinya Patahan San Andreas.
 Patahan San Andreas, Los Angeles, Amerika Serikat.
Sumber: www.geologiundip.blogspot.com
Ciri-ciri morfologi zona transform:
  • Pergerakan lempeng yang saling berlawanan arah akan membentuk struktur geologi yang berbentuk seperti patahan/sesar secara horizontal.
 DAMPAK DARI PERGERAKAN LEMPENG TEKTONIK 
Setengah abad lalu, para ahli geologi dan geofisik membuktikan bahwa lapisan kerak Bumi atau litosfir terdiri dari puluhan lempengan besar dan kecil yang mengambang pada cairan magma. Lapisan kerak Bumi yang ketebalannya rata-rata 100 kilometer itu bergerak saling menjauh, atau saling mendekat dan tidak jarang bertabrakan. Apa yang terjadi jika dua atau lebih lempeng tektonik bertumbukan ?. Dalam waktu singkat memang sulit melihat dampaknya. Karena lempeng tektonik itu bergerak dalam kecepatan amat lambat, yakin hanya beberapa sentimeter setahunnya. Para ahli geologi dari pusat penelitian Geomar di Universitas Kiel Jerman, yang meneliti tumbukan lempeng Cocos dan lempeng Karibia di Costa Rica melaporkan beberapa bukti baru. Dengan metode pengukuran geofisik, untuk pertama kalinya dibuktikan, bahwa lempengen tektonik ketika menumbuk lempeng kontinen, mengikis material dari lapisan bawah lempeng kontinen. Lempeng tektonik Cocos yang berat jenisnya lebih kecil dari lempeng kontinen Karibia, menyusup miring ke bawah lempeng kontinen. Tumbukan ini disebut subduksi. Dampak timbal balik dari subduksi pada kedalaman lebih dari 100 kilometer itu, terlihat sepanjang puluhan kilometer di atas permukaan. 

Yakni dalam bentuk rangkaian pegunungan berapi, akibat meleburnya batuan, cairan dan gas di zone subduksi tadi. Juga kawasan tumbukan semacam itu merupakan kawasan pusat kegempaan dunia. Yang lebih dramatis lagi pada zone subduksi di Costa Rica, adalah munculnya palung sedalam rata-rata 4.000 meter dan pegunungan di laut dalam. Lempeng tektonik Cocos menabrak frontal lempeng kontinen Karibia dengan kecepatan 9 sentimeter per tahun. Kapal penelitian Jerman, Sonne berhasil mengukur kontur pegunungan di laut dalam itu. Lebarnya antara 10 sampai 20 kilometer dan tinggi pegunungannya antara 1000 sampai 2500 meter. Semuanya berada di bawah permukaan laut, dan menunjukan aktifitas subduksi lempeng tektonik. Di pinggiran zone tumbukan, para ahli menemukan sedimen batuan lunak. Namun ketika tumbukan mencapai zone inti kontinen, yang terdiri dari batuan keras, tidak ditemukan kondisi dramatis seperti diperkirakan semula. Akibat tekanan amat besar di zone tumbukan itu, muncul cairan yang berfungsi seperti pelumas. Dengan demikian deformasi dan erosi batuan tidak sehebat yang diduga, karena adanya efek pelumasan tadi. Akan tetapi sedimen dari dasar lautan ditekan naik sampai ke puncak gunung di bawah laut dan pecah di sana. Juga lapisan di bawah lempeng kontinen, digerus hebat oleh subduksi lempeng Cocos tsb. Hasil erosinya tertekan ke atas permukaan membentuk sedimen batuan muda di sepanjang zone subduksi. Yang lebih menarik lagi, pengukuran menggunakan sonar di kawasan subduksi ini menemukan lensa batuan raksasa sepanjang 15 kilometer selebar 1,5 kilometer. Para ahli bertanya-tanya dari mana asal lensa raksasa ini. Banyak teori subduksi yang tidak cocok diterapkan untuk menerangkan fenomena tsb.


Lempeng Tektonik adalah setruktur dan bentuk bumi khususnya susunan batuan yang membentuk benua, pulau ataupun gunung. Pulau atau benua pada dasarnya ditopang oleh sebuah plat atau landasan yang kuat ke dasar bumi yang sebagian besar tertutup oleh lautan.

Tiap pulau atapun benua memiliki pelat atau landasan yang masing-masing berdiri sendiri atau bersamaan, dan pelat ini setiap saat bergeser sedikit demi sedikit kearah tertentu. Kalau seandainya ribuan tahun silam permukaan bumi telah digambarkan pada atlas atau peta, maka gambaran pada atlas tersebut tidaklah sama dengan keadaan permukaan bumi saat ini.

Pelat-pelat yang bergeser ini memicu timbulnya pelat baru karena keretakan dan juga dapat membentuk sungai bawah tanah dan sungai bawah laut (Palung) karena pelat yang bergeser saling menjauhi. Pergeseran pelat tersebut membentuk garis yang disebut garis tektonik, dan di Indonesia merupakan ujung dari pertemuan dua garis tektonik besar didunia.

Gempa bumi yang sering terjadi di berbagai belahan dunia lebih sering disebabkan oleh pergeseran pelat tektonik ini. Misalnya gempa yang terjadi di Samudra Hindia (gempa Aceh) tersebut berkaitan dengan deformasi mendadak antara pelat Hindia dan pelat Burma disekitar palung sunda. Dalam penyelidikan, Deformasi mendadak antara kedua pelat tersebut mengakibatkan pergeseran spontan secara vertikal sekitar 10 meter antara pelat India dengan Pelat Burma serta pergeseran secara horisontal saling menjauh sepanjang 15 meter yang terjadi pada kedalaman 1.200 km dibawah permukaan laut. Kejadian ini juga menimbulkan gempa bumi bawah laut sedalam 30 km dengan magnitudo 9 skala richter, dan menyebabkan air laut disekitar epicenter turun mendadak sehingga kemudian menimbulkan tsunami yang menyebar 360º dari epicenter gempa.

Pergeseran plat tektonik (lempeng tektonik) tidak hanya dapat menimbulkan gempa bumi, akan tetapi juga pergerakan cairan panas didalam bumi yang akhirnya juga akan mempengaruhi aktivitas vulkanik di muka bumi.

Secara umum, penelitian zone subduksi di Costa Rica berhasil menghimpun data perubahan sifat material akibat penujaman dua lempeng tektonik, serta mekanisme perpindahan fluida di dalam inti Bumi. Yang lebih penting lagi adalah diperolehnya pengetahuan mengenai gerakan material di kawasan subduksi, yang mempengaruhi munculnya gempa besar. Sejak lama para ahli geofisik memang meneliti fenomena gempa hebat di kawasan Pasifik dan Laut Tengah. Mengapa di kedua kawasan itu seringkali dilepaskan energi seismik amat dahsyat. Selain itu para ahli juga hendak meneliti fenomena Tsunami. Karena tidak semua gempa hebat di zone subduksi memicu munculnya tsunami atau gelombang pasang akibat gempa. Semakin tinggi resolusi data refleksi seismiknya, ditunjang semakin tinggi kinerja komputer untuk menganalisisnya, semakin banyak rincian data yang diperoleh para ahli. Tujuan para ahli terus meneliti sifat pergerakan lempeng tektonik ini adalah untuk mengenal mekanismenya. Sasarannya adalah untuk membuat pra-kiraan terjadinya bencana alam, khususnya gempa bumi dan aktivitas gunung api. Namun penelitian ilmiah semacam itu memang tidak menarik secara ekonomis. Para peneliti geofisik pergerakan lempeng tektonik menyebutkan, peralatan standar maupun metode yang diterapkan, amat jauh ketinggalan dibanding metode dan peralatan yang digunakan industri minyak multinasional.

Sejarah Bumi Sejak Superkontinen Pangaea Hingga Saat Ini

SUPERKONTINEN/PANGEA 

Sekitar 250 juta tahun yang lalu, hanya ada superkontinen yang dinamakan Pa
ngaea. Kemudian 50 juta tahun kemudian, sekitar 200 juta tahun yang lalu, Pangaea pecah menjadi dua superkontinen, Laurasia di sebelah utara dan Gondwana di sebelah selatan.
Kemudian 135 juta tahun yang lalu, Laurasia bergerak dan pecah menjadi tiga yaitu Benua Amerika Utara, Benua Eropa dan Benua Asia. Sedangkan Gondwana pecah menjadi Benua Afrika, Benua Antarktika, Benua Australia dan Benua Amerika Selatan.
Sekitar 65 juta tahun yang lalu (saat terjadi kepunahan massal Dinosaurus), susunan dan posisi benua secara perlahan berangsur-angsur mirip seperti yang ada saat ini. Ditambah dengan berpisahnya Anak Benua India dari Antarktika dan Benua Australia bergerak relatif ke arah ekuator. Anak Benua India tersebut kemudian menabrak Benua Asia dan karena dua-duanya tidak ada yang mau mengalah, maka dua-duanya saling berlomba menjulang ke atas membentuk Pegunungan Himalaya, pegunungan tertinggi di dunia.
karena dua-duanya merupakan kerak benua. Sifatnya sama-sama rigid, sama-sama berkomposisi felsik (Si-Al) dan tentunya densitasnya relatif sama. Jadi tidak ada yang mau nyungsep ke bawah seperti proses penunjaman di Palung Jawa

Uraian sejarah terbentuknya benua di atas tidaklah menunjukkan bahwa Pangaea merupakan superkontinen tertua dalam sejarah bumi. Umur bumi sendiri sekitar 4.6 milyar tahun. Sedangkan batuan tertua berumur 3.5 milyar tahun. Tentunya ada sejarah superkontinen juga sebelum Pangaea. Hanya saja, merekonstruksi kejadian geologi pada masa yang sangat lampau, seperti Zaman Pra-Kambrium, sangatlah sulit. Data-data geologi lampau tersebut tentunya sudah tertutupi atau terganggu proses geologi yang datang kemudian. Sehingga periode sebelum Pangaea kebanyakan masih berupa hipotesa yang terbuka bagi banyak penafsiran.
Ada Superkontinen Laurussia, Laurentia dan Baltika yang berumur Kambrium. Lebih tua lagi ada Superkontinen Pannotia dan Rodinia yang berumur Pra-Kambrium. Namun untuk merekonstruksi detail semua superkontinen tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah.
Tentunya rekonstruksi detail minimal meliputi bentuk, batas-batas pinggirnya, posisi, arah pergerakannya dan umurnya. Hal seperti ini yang sulit. Dan tentunya akan banyak perdebatan mengenai detail tersebut. Rekonstruksi yang dimulai dari Pangaea pada saat ini relatif sudah diterima luas oleh masyarakat ilmiah.

Isostasi pertama kali dikenalkan oleh ahli Geologi Amerika Serikat, C.E. Dutton, dari kata Yunani yang berarti "dalam kesamaan tekanan". Secara istilah Isostasi adalah suatu kesetimbangan atau keberimbangan antara batuan-batuan berat dan ringan dalam kerak bumi. Selama belum tercapai keseimbangan maka kerak bumi akan bergerak mencari keseimbangannya.
Isostasi adalah kondisi keseimbangan gravitasi antara lapisan kerak bumi dan mantel yang mengakibatkan kerak seolah "mengapung" di atas mantel. Konsep Isostasi menjelaskan mengapa ada perbedaan ketinggian topografi bumi.
Konsep Isostasi
Efek dari gaya isostasi dapat dianalogikan seperti gunung es yang mengapung di lautan. Bila massa es ditambah ke atas, maka gunung es akan semakin tenggelam ke dalam air. Namun bila massa es dalam gunung dikurangi, maka gunung es akan semakin naik dari dalam air. Hal ini juga terjadi pada litosfer bumi yang mengapung di atas astenosfer.
Menurut konsep isostasi bahwa material kerak bumi mengapung karena kesetimbangan antara berat material dengan gaya ke atas yang dikerjakan oleh lapisan fluida. Dalam teori tektonik lempeng, lapisan luar bumi (litosfer) terdiri dari kerak bumi dan bagian padat mantel atas, sampai kedalaman kira-kira 80 km. Material di bawah litosfer yang dianggap cukup panas, sehingga mudah dibentuk ulang dan mampu mengalir, dinamakan asthenosfer.
Dari bukti seismik diketahui bahwa kerak benua (tebal 30–40 km). Enam-delapan kali lebih tebal daripada kerak oseanik (5 km). Kerak benua juga punya densitas yang lebih rendah (2,7 g/cc) dibandingkan kerak oseanik (2,9 g/cc). Akibatnya, karena prinsip isostasi, kerak benua yang lebih tebal dan lebih ringan harus duduk lebih tinggi daripada kerak oseanik yang lebih tipis dan lebih berat.
Mengenai isostasi, ada dua hipotesis yang terkenal dikalangan ahli geologi yaitu hipotesis Pratt dan hipotesis Airy.
Pratt mengatakan bahwa massa benua lebih tinggi daripada massa dasar laut, tetapi densitas batuan yang menyusun dasar laut lebih besar daripada densitas batuan di benua. Dengan kata lain adanya perbedaan ketinggian antara benua dan dasar laut adalah karena perbedaan kepadatan batuan yang menyusun kerak bumi di kedua bagian bumi tersebut. Ketinggian dikompensasikan oleh densitas batuan.
Pratt memberikan ilustrasi dengan menggunakan berbagai logam yang tidak sama berat jenisnya tetapi berat dan penampangnya dibuat sama, kemudian diapungkan di dalam air raksa. Ternyata logam yang berat jenisnya lebih besar hanya sedikit tersembul di atas permukaan air raksa, sedang logam yang berat jenisnya kecil banyak tersembul di atas permukaan air raksa.
Airy mengemukakan hipotesisnya pada tahun 1855 dengan jalan pikiran yang agak berbeda dengan Pratt. Airy membenarkan bahwa batuan yang menyusun kerak bumi tidak sama densitasnya, namun perbedaan densitas batuan tidak terlalu besar untuk menghasilkan perbedaaan ketinggian permukaan bumi yang sedemikian besarnya. Airy memberikan ilustrasi yang mirip dengan ilustrasi Pratt, hanya menggunakan logam yang sejenis, penampangnya juga dibuat sama tetapi tebalnya tidak sama. Setelah logam dimasukkan kedalam air raksa, ternyata logam yang lebih tebal tersembul lebih tinggi di atas permukaan air raksa daripada logam yang tipis. Dengan demikian Airy berkesimpulan bahwa perbedaan ketinggian permukaan bumi bukan disebabkan oleh perbedaan densitas batuan tetapi akibat dari perbedaan tebal lapisan kerak bumi. Itulah sebabnya hipotesis Airy ini sering pula disebut the Roots of Mountains hypothesis of isostasi. Pendapat Airy ini lebih banyak dianut oleh para ahli geologi, namun tidak berarti bahwa pendapat Pratt salah. Densitas batuan penyusun kerak bumi memang tidak sama, demikian juga tidak semua pegunungan akarnya jauh masuk kedalam bumi. Dengan demikian keduanya saling melengkapi. Leon Long memberikan penilaian 65% untuk Airy dan 35% untuk Pratt.


REFERENSI:
https://id.wikipedia.org/wiki/Tektonika_lempeng
http://supriyadi-02.blogspot.co.id/2010/04/teori-tektonik-lempeng-untuk-mengetahui.html 
http://hmgi.or.id/mengenal-batas-lempeng-tektonik-dan-ciri-morfologinya/
http://kertas-kecilkita.blogspot.co.id/2012/04/dampak-pergerakan-lempengan-tektonik.html
https://yudi81.wordpress.com/2009/01/16/sejarah-bumi-sejak-superkontinen-pangaea-hingga-saat-ini/
https://id.wikipedia.org/wiki/Isostasi

Gempa bumi (juga dikenal sebagai gempa, tremor atau gempa) adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik.

Dalam arti yang paling umum, gempa kata digunakan untuk menggambarkan setiap peristiwa seismik - apakah alami atau disebabkan oleh manusia - yang menghasilkan gelombang seismik. Gempa bumi sebagian besar disebabkan oleh peristiwa geologi, tetapi juga oleh peristiwa lain seperti aktivitas gunung berapi, tanah longsor, ledakan tambang, dan uji coba nuklir. Sebuah titik awal getaran gempa disebut fokus atau hiposenter . Episentrum adalah titik di permukaan tanah tepat di atas hiposenter.

Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia.

Di permukaan bumi, gempa bumi menampakkan diri dengan gemetar dan kadang-kadang perpindahan dari tanah. Ketika episentrum dari gempa besar yang terletak di lepas pantai, dasar laut dapat dipindahkan cukup untuk menyebabkan tsunami . Gempa bumi juga bisa memicu tanah longsor, dan aktivitas gunung berapi sesekali.

Penyebab terjadinya Gempa Bumi.
Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.

Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa Bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam Bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas Bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa Bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.

Gelombang gempa dibedakan menjadi 2 yaitu Body wave dan Surface wave.

1. Body wave

Body  wave adalah gelombang yang merambat di interior bumi. Terdiri dari:

a.) Gelombang Primer / P-wave

Ciri-cirinya:
  • Gelombang yang pertama kali dicatat seismograf
  • Gelombang longitudinal, yaitu gelombang yang arah gerak partikelnya searah dengan arah rambatan.
  • Kecepatan 330 m/s di udara, 1450 m/s di air dan 5000 m/s di granit.
  • Bisa merambat di segala jenis medium ( padat, cair, gas )
  • Relatif paling "lembut" dibandingkan dengan gelombang yang lain.
  • Amplitudo kecil

b.) Gelombang Sekunder / S-wave

Ciri-cirinya:
  • Gelombang Transversal, yaitu gelombang yang arah gerak partikelnya tegak lurus dengan arah rambatan.
  • Kecepatan 60 % dari P-wave (artinya lebih lambat).
  • Hanya bisa merambat di medium padat saja.
  • Efek kerusakan lebih besar dari gelombang Primer.
  • Amplitudo lebih besar dari gelombang Primer

2. Surface Wave

Surface wave adalah gelombang yang merambat di permukaan bumi. Terdiri dari:

a.) Gelombang Cinta / Love wave


  • Gelombang Tranversal, arah gerak partikelnya tegak lurus dengan araah rambatan.
  • Kecepatan 70 % dari Gelombang Sekunder
  • Paling merusak, terutama di daerah dekat epicentrum
  • Getaran yang dirasakan manusia pertama kali
  • Ditemukan oleh A.E.H Love pada 1911

b.) Rayleigh wave


  • Gerakan eliptik retrograde/ ground roll ( tanah memutar kebelakang ), tapi secara umum gelombangnya merambat ke depan, analoginya seperti gelombang laut.
  • Sedikit lebih cepat dari Love wave (90% dari kecepatan Gelombang Sekunder)
  • Ditemukan oleh Lord Rayleigh tahun 1885.


Setelah terjadi gempa pasti akan menimbulkan berbagai dampak, diantaranya :
  1. Dampak Primer
  • Getaran kuat
  • Terjadi patahan di permukaan bumi

2. Dampak Sekunder
  • Terjadi Longsor

  • Bangunan Roboh

  • Terjadi Tsunami

  • Kebakaran

3. Dampak Tertier
  • Gangguan kejiwaan / trauma

  • Timbulnya wabah penyakit

  • Kerawanan ekonomi sosial
  • Terjadi kerusakan lingkungan

Selain dampak negatif gempa juga memiliki dampak positif.
Dampak positif gempa bumi meliputi :
  1. Para ahli dapat membuat struktur perut bumi, karena hanya gelombang gempa yang dapat menerobos lubang perut bumi dengan cara menelurusuri jalur datangnya gempa.
  2. Para ahli bisa mengetahui letak sumber minyak bumi.
  3. Tektonisme akan membentuk relief bumi yang baru
  4. Tektonisme dapat mengangkat mineral tambang ke permukaan bumi.
  5. Vulkanisme dapat menghasilkan mineral-mineral baru yang berguna buat kelangsungan hidup makhluk di bumi.
  6. Vulkanisme dapat menghasilkan bahan bangunan seperti batu, pasir dan sebagainya.
  7. Vulkanisme dapat menghasilkan tanah vulkanis yang subur yang sangat berguna untuk berbagai macam tanaman.
  8. Vulkanisme dapat menghasilkan sumber panas bumi (geothermal)
  9. Seisme dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan barang tambang tertentu.
SUMBER BY :
http://pustakadigitalindonesia.blogspot.co.id/2013/07/segala-hal-tentang-gempa-bumi.html 
http://klikgeografi.blogspot.co.id/2014/12/macam-macam-gelombang-gempa.html 
https://irmavina28blog.wordpress.com/2015/06/08/dampak-akibat-terjadinya-gempa-bumi/

GEOLOGI DAN BUMI

 

geologi dan bumi.
Sejarah geologi Bumi meliputi peristiwa besar yang terjadi di Bumi pada masa lalu sesuai dengan skala waktu geologi, sistem pengukuran kronologis berdasarkan penelitian terhadap lapisan batuan planet (stratigrafi). Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu akibat akresi nebula surya, massa berbentuk cakram debu dan gas yang merupakan sisa-sisa dari pembentukan matahari, yang juga menciptakan seluruh Tata Surya.
Permukaan Bumi pada awalnya meleleh akibat aktivitas vulkanisme ekstrem dan sering bertabrakan dengan benda langit lainnya. Pada akhirnya, lapisan luar planet ini mendingin dan mengeras, yang kemudian membentuk kerak padat setelah uap air mulai terkumpul di atmosfer. Bulan terbentuk tak lama setelah pembentukan Bumi, diduga akibat terjadinya tabrakan antara benda langit seukuran Mars dengan Bumi, yang menyebabkan beberapa massa benda langit ini menyatu dengan Bumi dan secara signifikan mengubah komposisi internal Bumi. Akibat tabrakan ini, sebagian materi Bumi terlepas ke luar angkasa, yang pada akhirnya membentuk Bulan. Pelepasan gas dan aktivitas vulkanis menciptakan atmosfer primordial. Kondensasi uap air, dipadukan dengan es yang berasal dari komet dan asteroid, menciptakan lautan.[1]
Permukaan Bumi terus mengalami proses pembentukan kembali selama ratusan juta tahun. Akibatnya, benua terbentuk dan terbelah berulang kali. Benua bergerak di seluruh permukaan Bumi dan bergabung untuk membentuk superbenua. Sekitar 750 juta tahun silam, superbenua paling awal yang diketahui, Rodinia, mulai terpisah. Benua yang terpisah ini kemudian membentuk Pannotia, 600 juta tahun silam, dan pada akhirnya membentuk Pangaea, yang kemudian terpisah lagi 180 juta tahun silam.[2]
Zaman es dimulai sekitar 40 juta tahun silam, dan kemudian mencapai puncaknya pada akhir Pliosen. Wilayah kutub telah mengalami siklus glasiasi dan pencairan es berulang kali, yang berulang setiap 40.000-100.000 tahun. Periode glasial terakhir pada zaman es berakhir sekitar 10.000 tahun yang lalu.[3]



Geologi (berasal dari Yunani: γη- [ge-, "bumi"] dan λογος [logos, "kata", "alasan"])[1][2] adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.

Orang yang mempelajari geologi disebut geolog. Mereka telah membantu dalam menentukan umur bumi yang diperkirakan sekitar 4.5 miliar (4.5x109) tahun, dan juga menemukan bahwa kulit bumi terpecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak di atas mantel yang setengah cair (astenosfer) melalui proses yang sering disebut tektonik lempeng. Geolog membantu menemukan dan mengatur sumber daya alam yang ada di bumi, seperti minyak bumi, batu bara, dan juga metal seperti besi, tembaga, dan uranium, serta mineral lainnya yang memiliki nilai ekonomi, seperti asbestos, perlit, mika, fosfat, zeolit, tanah liat, batuapung, kuarsa, dan silika, dan juga elemen lainnya seperti belerang, klorin, dan helium.
Astrogeologi adalah aplikasi ilmu geologi tentang planet lainnya dalam tata surya (solar sistem). Namun istilah khusus lainnya seperti selenology (pelajaran tentang bulan), areologi (pelajaran tentang planet Mars), dll, juga dipakai.
Kata "geologi" pertama kali digunakan oleh Jean-André Deluc pada tahun 1778 dan diperkenalkan sebagai istilah yang baku oleh Horace-Bénédict de Saussure pada tahun 1779.

Proses yang terjadi di dalam bumi disebut proses internal. Proses internal menyebabkan pembentukan pegunungan, gempabumi, erupsi gunungapi. Perencana bangunan, insinyur, dan perencana kota harus berkonsultasi dengan ahli geologi.
Proses permukaan adalah semua proses yang membentuk atau memahat permukaan bumi. Sebagian besar proses permukaan disebabkan oleh air meskipun angin, es, dan gravitasi juga memiliki peran yang signifikan.

Teori Katastropisme
Teori katastropisme merupakan paham tentang keanekaragaman makhluk hidup dihasilkan oleh nenek moyang yang umum, dan muncul atau punahnya makhluk hidup disebabkan oleh adanya bencana alam. Teori ini diperkenalkan oleh George Cuvier ( 1769 – 1832 ), seorang ahli Paleontologi atau ilmu fosil. Alasan Cuvier adalah karena ia mengamati setiap sedimen batuan kuno yang ia temukan mengandung beberapa jenis hewan dan tumbuhan yang berbeda. Karena itu, ia berpikir bahwa setiap sedimen mewakili tiap masa atau waktu evolusi. Tiap sedimen yang mengandung jenis-jenis organisme yang berbeda tersebut mewakili zaman dimana organisme hidup dan mati karena bencana.

  Teori Uniformitarianisme
Teori uniformitarianisme dinyatakan oleh Charles Lyell ( 1797 – 1875 ). Paham ini menyatakan bahwa proses-proses geologis ternyata menuruti pola yang seragam, sehingga kecepatan dan pengaruh perubahan selalu seimbang dalam kurun waktu. Misalnya, terbentuknya gunung selalu diimbangi dengan erosi gunung. Teori uniformitarianisme memang menjelaskan kejadian evolusi geologis, tetapi tidak dapat menjelaskan kejadian terbentuknya spesies.

  
Kerak bumi (crush) merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi).  Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan basa dan masam.  Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup.  Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100 oC.  Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan litosfer.


Selimut atau selubung (mantle) merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi.  Tabal selimut bumi mencapai 2.900 km, mencakup sekitar 80% total isi bumi, dan merupakan lapisan batuan padat.  Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000 oC.
material penyusun bumi.

  A.      ATMOSFER
Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi secara menyeluruh dengan ketebalan lebih dari 650 km.  Gerakan udara dalam atmosfer terjadi terutama karena adanya pengaruh pemanasan sinar matahari serta perputaran bumi.  Perputaran bumi ini akan mengakibatkan bergeraknya masa udara, sehingga terjadilah perbedaan tekanan udara di berbagai tempat di dalam atmosfer yang dapat menimbulkan arus angin.
B.  HIDROSFER
 Air adalah senyawa gabungan dua atom hidrogen dengan satu atom oksigen menjadi H2O.  Sekitar 71% permukaan bumi merupakan wilayah perairan.  Lapisan air yang menyelimuti permukaan bumi  disebut hidrosfer.
C.  LITHOSFER
Lithosfer berasal dari bahasa yunani yaitu lithos artinya batuan, dan sphera artinya lapisan. Lithosfer merupakan lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri atas batuan dengan ketebalan rata-rata 1200 km.  Lithosfer adalah lapisan kulit bumi paling luar yang berupa batuan padat.  Lithosfer tersusun dalam dua lapisan, yaitu kerak dan selubung, yang tebalnya 50 – 100 km.  Lithosfer merupakan lempeng yang bergerak sehingga dapat menimbulkan pergeseran benua.
Lithosfer memegang peranan penting dalam kehidupan tumbuhan.  Tanah terbentuk apabila batu-batuan di permukaan litosfer mengalami degradasi, erosi maupun proses fisika lainnya menjadi batuan kecil sampai pasir.  Selanjutnya bagian ini bercampur dengan hasil pemasukan komponen organis mahluk hidup yang kemudian membentuk tanah yang dapat digunakan sebagai tempat hidup organisme.
Tanah merupakan sumber berbagai jenis mineral bagi mahluk hidup.  Dalam wujud aslinya, mineral-mineral ini berupa batu-batuan yang treletak berlapis di permukaan bumi.  Melalui proses erosi mineral-mineral yang menjadi usmber makanan mahluk hidup ini seringkali terbawa oleh aliran sungai ke laut dan terdeposit di dasar laut.
Lithosfer terdiri dari dua bagian utama, yaitu :
1.    Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan Al2O3. Pada lapisan sial (silisium dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit andesit jenis-jenis batuan metamor, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua. Lapisan sial dinamakan juga lapisan kerak, bersifat padat dan batu bertebaran rata-rata 35 km.  Kerak bumi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu :
a.     Kerak benua, kerak bumi paling tebal yang berada di bawah benua dengan ketebalan 30-40 km dan ketebalan maksimum 70 km. Umurnya lebih tua dari kerak samudra dengan batuan berumur 3,8 miliar tahun. Tersusun atas batuan induk dan terbagi atas dua lapisan, dengan bagian atas dari batuan granit dan bagian bawah dari batuan basal dan diorit. Berat jenis sekitar 2,7 gram/cm3.
b.    Kerak samudera, berada di bawah samudra dengan ketebalan sekitar 6-11 km. Umurnya sangat muda dibanding kerak benua dengan umur tidak lebih dari 200 juta tahun. Material pembentuk sebagian besar batuan basal, yang berwarna gelap, halus, berpasir, dan lebih berat. Kerak samudra terbentuk dari lava sangat cair yang mendingin cepat. Berat jenisnya sekitar 3 gram/cm3.

2.    Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun oleh logam logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa Si O2 dan Mg O lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan batuan basalt. Lapisan merupakan bahan yang bersipat elastis dan mepunyai ketebalan rata rata 65 km .
  
Lithosfer merupakan bagian bumi yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan di bumi. Lithosfer bagian atas merupakan tempat hidup bagi manusia, hewan dan tanaman.
Manusia melakukan aktifitas di atas lithosfer.  Selanjutnya lithosfer bagian bawah mengandung bahan bahan mineral yang sangat bermanfaat bagi manusia. Bahan bahan mineral atau tambang yang berasal dari lithosfer bagian bawah diantaranya minyak bumi dan gas, emas, batu bara, besi, nikel dan timah.
D.    Biosfer
Biosfer merupakan sistem kehidupan paling besar karena terdiri dari gabungan ekosistem yang ada di planet bumi.  Sistem ini mencakup semua mahluk hidup yang berinteraksi dengan lingkungannya sebagai kesatuan utuh.


skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah Bumi. Tabel periode geologi yang ditampilkan di halaman ini disesuaikan dengan waktu dan tatanama yang diusulkan oleh International Commission on Stratigraphy dan menggunakan standar kode warna dari United States Geological Survey.
geologic time scale
Bukti-bukti dari penanggalan radiometri menunjukkan bahwa bumi berumur sekitar 4.570 juta tahun. Waktu geologi bumi disusun menjadi beberapa unit menurut peristiwa yang terjadi pada tiap periode. Masing-masing zaman pada skala waktu biasanya ditandai dengan peristiwa besar geologi atau paleontologi, seperti kepunahan massal. Sebagai contoh, batas antara zaman Kapur dan Paleogen didefinisikan dengan peristiwa kepunahan dinosaurus dan baerbagai spesies laut. Periode yang lebih tua, yang tak memiliki peninggalan fosil yang dapat diandalkan perkiraan usianya, didefinisikan dengan umur absolut.




 referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_geologi_Bumi 
https://id.wikipedia.org/wiki/Geologi
http://geophysicsspace.blogspot.co.id/2016/07/geologi-dan-bumi.html
https://annafimuja.wordpress.com/2014/02/02/teori-teori-evolusi/
https://saumiamrani.wordpress.com/2011/05/13/struktur-lapisan-bumi-dan-material-pembentuknya/